Selasa, 29 September 2009

Stop Rokok, Hindari Nyeri


Tambah Gambar

BUKAN orangtua saja yang bisa mengalami nyeri sendi. Namun karena gaya hidup salah, nyeri sendi bisa menyerang anak muda. Kebiasaan merokok misalnya.

Setiap kali melihat atau ketika membeli sebungkus rokok, pasti akan terbaca dengan mudah kolom peringatan akan bahaya merokok. Peringatan yang terdapat pada setiap bungkus rokok itu biasanya berbunyi: merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi,dan gangguan kehamilan dan janin. Hal itu benar dan sudah terbukti. Pasalnya, berbagai penyakit seperti jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan terjadi karena rokok yang dihisap.

Semakin banyak rokok yang dihisap atau semakin sering berada di lingkungan orang-orang yang merokok, semakin besar pula risiko terkena berbagai jenis gangguan kesehatan,mulai dari yang ringan seperti batuk atau berat seperti jantung. Tak hanya itu, ternyata rokok bisa pula menyebabkan terjadinya nyeri sendi. Parahnya, bukan saja orangtua yang bisa terkena nyeri sendi, anak-anak muda yang mengisap rokok, juga berpotensi mendapatkan nyeri sendi dari ringan hingga akut.

Rasa nyeri pada sendi bagi perokok biasanya akan datang secara perlahan-lahan, sehingga rasa nyeri itu sering kali diabaikan. Namun jika perokok adalah orang yang mengidap osteoarthritis (pembengkakan pada sendi), rasa nyerinya akan sangat terasa menyakitkan dan dapat mengganggu kualitas hidup penderitanya. Pria yang menderita bengkak sendi ini akan merasa jauh lebih nyeri jika mereka ternyata seorang perokok.

Tidak sampai di situ saja, tingkat kerusakan tulang rawan di persendian pada perokok juga lebih tinggi. Hal itu telah dibuktikan dalam penelitian yang dirilis Annals of the Rheumatic Disease, di Amerika. Disebutkan bahwa terjadi beberapa kemungkinan mengapa perokok lebih rentan terkena nyeri sendi dibandingkan mereka yang tidak merokok.

Rokok yang diisap merusak sel dan mencegah perkembangbiakan sel itu sendiri, rokok meningkatkan tekanan oksidasi yang mempercepat rusaknya tulang rawan atau meningkatkan kandungan karbonmonoksida dalam darah.

Kurangnya pasokan monoksida dalam darah akan menyebabkan jaringan tulang rawan yang biasanya berada di persendian tidak mendapat pasokan oksigen yang cukup. Penelitian itu melibatkan 159 pria yang menderita osteoarthritis. Masing-masing dilihat tingkat kerusakan tulang rawan di persendiannya dan diminta mengungkapkan seberapa berat nyeri yang dirasakannya; dengan nilai tertinggi 100 untuk rasa paling nyeri.

Penderita yang merokok rata-rata memberikan nilai 60, sedangkan yang tidak merokok hanya 45. Di Indonesia sendiri, penderita nyeri sendi cukup banyak. Namun yang kemudian semakin merebak, adalah semakin mudanya usia pasien yang mengalami nyeri sendi.

"Kalau dulu nyeri sendi sangat identik dengan orangtua, sekarang nyeri sendi apa pun penyebabnya, mulai menyerang anak muda," kata spesialis ortopedi RSCM, dr Budi Atmadja, saat dihubungi beberapa waktu lalu.

Pergeseran kasus semakin banyaknya usia muda yang terserang nyeri sendi menurut dr Budi karena gaya hidup yang salah.

"Orang sangat sibuk sekarang ini sehingga tidak memiliki waktu untuk olahraga, demikian juga rokok, sekarang semakin banyak saja yang kecanduan rokok," kata dokter yang berdomisili di daerah Cibubur tersebut.

Bagi anak-anak muda yang mengalami nyeri sendi, dokter berkacamata tersebut menyarankan agar melakukan olahraga yang teratur, mengonsumsi makanan yang bergizi, dan menghindari konsumsi rokok.

"Sulit memang berhenti merokok. Namun selama ada kemauan, pasti bisa," katanya.

Senada dengan dr Budi, salah satu penderita nyeri sendi adalah pemuda berusia 34 tahun, Rio S. Menurutnya, awal mengalami nyeri sendi memang terasanya sesekali, tetapi lama-kelamaan malah terasa setiap hari, sehingga diputuskannya untuk memeriksakan ke dokter.

"Kata dokter, nyeri sendi juga bisa dipicu rokok yang diisap. Itu membuat saya bertekad untuk berhenti merokok," katanya.(Koran SI/Koran SI/nsa)
Share on :

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright Stop! Global Warming 2011 - Some rights reserved | Powered by Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates and Theme4all