menurut kalian gimana tampilan blog ini

jam

Popular Posts

Poll

Diberdayakan oleh Blogger.

dimana Benua Atlantis

Jumat, 09 Oktober 2009

Sebelumnya saya pernah menceritakan perdaban atlantis disini, dan sekarang saya mau melengkapinya kembali dengan posting sekarang, silahkan disimak deh... Prof. Arysio Nunes Dos Santos menerbitkan buku yang menggemparkan : “Atlantis The Lost Continents Finally Found”. Dimana ditemukannya ? Secara tegas dinyatakannya bahwa lokasi Atlantis yang hilang sejak kira-kira 11.600 tahun yang lalu itu adalah di Indonesia (?!). Selama ini, benua yang diceritakan Plato 2.500 tahun yang lalu itu adalah benua yang dihuni oleh bangsa Atlantis yang memiliki peradaban yang sangat tinggi dengan alamnya yang sangat kaya, yang kemudian hilang tenggelam ke dasar laut oleh bencana banjir dan gempa bumi sebagai hukuman dari yang Kuasa. Kisah Atlantis ini dibahas dari masa ke masa, dan upaya penelusuran terus pula dilakukan guna menemukan sisa-sisa peradaban tinggi yang telah dicapai oleh bangsa Atlantis itu.

Pencarian dilakukan di Samudera Atlantik, Laut Tengah, Karibia, sampai ke kutub Utara. Pencarian ini sama sekali tidak ada hasilnya, sehingga sebagian orang beranggapan bahwa yang diceritakan Plato itu hanyalah negeri dongeng semata. Profesor Santos yang ahli Fisika Nuklir ini menyatakan bahwa Atlantis tidak pernah ditemukan karena dicari di tempat yang salah. Lokasi yang benar secara menyakinkan adalah Indonesia, katanya..

Prof. Santos mengatakan bahwa dia sudah meneliti kemungkinan lokasi Atlantis selama 29 tahun terakhir ini. Ilmu yang digunakan Santos dalam menelusur lokasi Atlantis ini adalah ilmu Geologi, Astronomi, Paleontologi, Archeologi, Linguistik, Ethnologi, dan Comparative Mythology. Buku Santos sewaktu ditanyakan ke ‘Amazon.com’ seminggu yang lalu ternyata habis tidak bersisa. Bukunya ini terlink ke 400 buah sites di Internet, dan websitenya sendiri menurut Santos selama ini telah dikunjungi sebanyak 2.500.000 visitors. Ini adalah iklan gratis untuk mengenalkan Indonesia secara efektif ke dunia luar, yang tidak memerlukan dana 1 sen pun dari Pemerintah RI.

Plato pernah menulis tentang Atlantis pada masa dimana Yunani masih menjadi pusat kebudayaan Dunia Barat (Western World). Sampai saat ini belum dapat dideteksi apakah sang ahli falsafah ini hanya menceritakan sebuah mitos, moral fable, science fiction, ataukah sebenarnya dia menceritakan sebuah kisah sejarah. Ataukah pula dia menjelaskan sebuah fakta secara jujur bahwa Atlantis adalah sebuah realitas absolut ?
Plato bercerita bahwa Atlantis adalah sebuah negara makmur dengan emas, batuan mulia, dan ‘mother of all civilazation’ dengan kerajaan berukuran benua yang menguasai pelayaran, perdagangan, menguasai ilmu metalurgi, memiliki jaringan irigasi, dengan kehidupan berkesenian, tarian, teater, musik, dan olahraga.

Warga Atlantis yang semula merupakan orang-orang terhormat dan kaya, kemudian berubah menjadi ambisius. Yang kuasa kemudian menghukum mereka dengan mendatangkan banjir, letusan gunung berapi, dan gempa bumi yang sedemikian dahsyatnya sehingga menenggelamkan seluruh benua itu.

Kisah-kisah sejenis atau mirip kisah Atlantis ini yang berakhir dengan bencana banjir dan gempa bumi, ternyata juga ditemui dalam kisah-kisah sakral tradisional di berbagai bagian dunia, yang diceritakan dalam bahasa setempat. Menurut Santos, ukuran waktu yang diberikan Plato 11.600 tahun BP (Before Present), secara tepat bersamaan dengan berakhirnya Zaman Es Pleistocene, yang juga menimbulkan bencana banjir dan gempa yang sangat hebat.
Bencana ini menyebabkan punahnya 70% dari species mamalia yang hidup saat itu, termasuk kemungkinan juga dua species manusia : Neandertal dan Cro-Magnon.
Sebelum terjadinya bencana banjir itu, pulau Sumatera, pulau Jawa, Kalimantan dan Nusa Tenggara masih menyatu dengan semenanjung Malaysia dan benua Asia.

Posisi Indonesia terletak pada 3 lempeng tektonis yang saling menekan, yang menimbulkan sederetan gunung berapi mulai dari Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan terus ke Utara sampai ke Filipina yang merupakan bagian dari ‘Ring of Fire’.

Gunung utama yang disebutkan oleh Santos, yang memegang peranan penting dalam bencana ini adalah Gunung Krakatau dan ‘sebuah gunung lain’ (kemungkinan Gunung Toba). Gunung lain yang disebut-sebut (dalam kaitannya dengan kisah-kisah mytologi adalah Gunung Semeru, Gunung Agung, dan Gunung Rinjani.

Bencana alam beruntun ini menurut Santos dimulai dengan ledakan dahsyat gunung Krakatau, yang memusnahkan seluruh gunung itu sendiri, dan membentuk sebuah kaldera besar yaitu selat Sunda yang jadinya memisahkan pulau Sumatera dan Jawa.
Letusan ini menimbulkan tsunami dengan gelombang laut yang sangat tinggi, yang kemudian menutupi dataran-dataran rendah diantara Sumatera dengan Semenanjung Malaysia, diantara Jawa dan Kalimantan, dan antara Sumatera dan Kalimantan. Abu hasil letusan gunung Krakatau yang berupa ‘fly-ash’ naik tinggi ke udara dan ditiup angin ke seluruh bagian dunia yang pada masa itu sebagian besar masih ditutup es (Zaman Es Pleistocene) .
Abu ini kemudian turun dan menutupi lapisan es. Akibat adanya lapisan abu, es kemudian mencair sebagai akibat panas matahari yang diserap oleh lapisan abu tersebut.
Gletser di kutub Utara dan Eropah kemudian meleleh dan mengalir ke seluruh bagian bumi yang rendah, termasuk Indonesia. Banjir akibat tsunami dan lelehan es inilah yang menyebabkan air laut naik sekitar 130 meter diatas dataran rendah Indonesia. Dataran rendah di Indonesia tenggelam dibawah muka laut, dan yang tinggal adalah dataran tinggi dan puncak-puncak gunung berapi.

Tekanan air yang besar ini menimbulkan tarikan dan tekanan yang hebat pada lempeng-lempeng benua, yang selanjutnya menimbulkan letusan-letusan gunung berapi selanjutnya dan gempa bumi yang dahsyat. Akibatnya adalah berakhirnya Zaman Es Pleitocene secara dramatis.
Dalam bukunya Plato menyebutkan bahwa Atlantis adalah negara makmur yang bermandi matahari sepanjang waktu. Padahal zaman pada waktu itu adalah Zaman Es, dimana temperatur bumi secara menyeluruh adalah kira-kira 15 derajat Celcius lebih dingin dari sekarang.

Lokasi yang bermandi sinar matahari pada waktu itu hanyalah Indonesia yang memang terletak di katulistiwa.


Plato juga menyebutkan bahwa luas benua Atlantis yang hilang itu “….lebih besar dari Lybia (Afrika Utara) dan Asia Kecil digabung jadi satu…”. Luas ini persis sama dengan luas kawasan Indonesia ditambah dengan luas Laut China Selatan.

Menurut Profesor Santos, para ahli yang umumnya berasal dari Barat, berkeyakinan teguh bahwa peradaban manusia berasal dari dunia mereka. Tapi realitas menunjukkan bahwa Atlantis berada di bawah perairan Indonesia dan bukan di tempat lain.
Walau dikisahkan dalam bahasa mereka masing-masing, ternyata istilah-istilah yang digunakan banyak yang merujuk ke hal atau kejadian yang sama.
Santos menyimpulkan bahwa penduduk Atlantis terdiri dari beberapa suku/etnis, dimana 2 buah suku terbesar adalah Aryan dan Dravidas.

Semua suku bangsa ini sebelumya berasal dari Afrika 3 juta tahun yang lalu, yang kemudian menyebar ke seluruh Eurasia dan ke Timur sampai Auatralia lebih kurang 1 juta tahun yang lalu. Di Indonesia mereka menemukan kondisi alam yang ideal untuk berkembang, yang menumbuhkan pengetahuan tentang pertanian serta peradaban secara menyeluruh. Ini terjadi pada zaman Pleistocene.

Pada Zaman Es itu, Atlantis adalah surga tropis dengan padang-padang yang indah, gunung, batu-batu mulia, metal berbagai jenis, parfum, sungai, danau, saluran irigasi, pertanian yang sangat produktif, istana emas dengan dinding-dinding perak, gajah, dan bermacam hewan liar lainnya. Menurut Santos, hanya Indonesialah yang sekaya ini (!). Ketika bencana yang diceritakan diatas terjadi, dimana air laut naik setinggi kira-kira 130 meter, penduduk Atlantis yang selamat terpaksa keluar dan pindah ke India, Asia Tenggara, China, Polynesia, dan Amerika.

Suku Aryan yang bermigrasi ke India mula-mula pindah dan menetap di lembah Indus. . Karena glacier Himalaya juga mencair dan menimbulkan banjir di lembah Indus, mereka bermigrasi lebih lanjut ke Mesir, Mesopotamia, Palestin, Afrika Utara, dan Asia Utara.
Di tempat-tempat baru ini mereka kemudian berupaya mengembangkan kembali budaya Atlantis yang merupakan akar budaya mereka.

Catatan terbaik dari tenggelamnya benua Atlantis ini dicatat di India melalui tradisi-tradisi cuci di daerah seperti Lanka, Kumari Kandan, Tripura, dan lain-lain. Mereka adalah pewaris dari budaya yang tenggelam tersebut.

Suku Dravidas yang berkulit lebih gelap tetap tinggal di Indonesia. Migrasi besar-besaran ini dapat menjelaskan timbulnya secara tiba-tiba atau seketika teknologi maju seperti pertanian, pengolahan batu mulia, metalurgi, agama, dan diatas semuanya adalah bahasa dan abjad di seluruh dunia selama masa yang disebut Neolithic Revolution.
Bahasa-bahasa dapat ditelusur berasal dari Sansekerta dan Dravida. Karenanya bahasa-bahasa di dunia sangat maju dipandang dari gramatika dan semantik. Contohnya adalah abjad. Semua abjad menunjukkan adanya “sidik jari” dari India yang pada masa itu merupakan bagian yang integral dari Indonesia.

Dari Indonesialah lahir bibit-bibit peradaban yang kemudian berkembang menjadi budaya lembah Indus, Mesir, Mesopotamia, Hatti, Junani, Minoan, Crete, Roma, Inka, Maya, Aztek, dan lain-lain. Budaya-budaya ini mengenal mitos yang sangat mirip. Nama Atlantis diberbagai suku bangsa disebut sebagai Tala, Attala, Patala, Talatala, Thule, Tollan, Aztlan, Tluloc, dan lain-lain.

Itulah ringkasan teori Profesor Santos yang ingin membuktikan bahwa benua atlantis yang hilang itu sebenarnya berada di Indonesia. Bukti-bukti yang menguatkan Indonesia sebagai Atlantis, dibandingkan dengan lokasi alternative lainnya disimpulkan Profesor Santos dalam suatu matrix yang disebutnya sebagai ‘Checklist’.

Terlepas dari benar atau tidaknya teori ini, atau dapat dibuktikannya atau tidak kelak keberadaan Atlantis di bawah laut di Indonesia, teori Profesor Santos ini sampai saat ini ternyata mampu menarik perhatian orang-orang luar ke Indonesia. Teori ini juga disusun dengan argumentasi atau hujjah yang cukup jelas.

Kalau ada yang beranggapan bahwa kualitas bangsa Indonesia sekarang sama sekali “tidak meyakinkan” untuk dapat dikatakan sebagai nenek moyang dari bangsa-bangsa maju yang diturunkannya itu, maka ini adalah suatu proses maju atau mundurnya peradaban yang memakan waktu lebih dari sepuluh ribu tahun. Contoh kecilnya, ya perbandingan yang sangat populer tentang orang Malaysia dan Indonesia; dimana 30 tahunan yang lalu mereka masih belajar dari kita, dan sekarang mereka relatif berada di depan kita.

Allah SWT juga berfirman bahwa nasib manusia ini memang dipergilirkan. Yang mulia suatu saat akan menjadi hina, dan sebaliknya. Profesor Santos akan terus melakukan penelitian lapangan lebih lanjut guna membuktikan teorinya. Kemajuan teknologi masa kini seperti satelit yang mampu memetakan dasar lautan, kapal selam mini untuk penelitian (sebagaimana yang digunakan untuk menemukan kapal ‘Titanic’), dan beragam peralatan canggih lainnya diharapkannya akan mampu membantu mencari bukti-bukti pendukung yang kini diduga masih tersembunyi di dasar laut di Indonesia.

Apa yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan bangsa Indonesia ? Bagaimana pula pakar Indonesia dari berbagai disiplin keilmuan menanggapi teori yang sebenarnya “mengangkat” Indonesia ke posisi sangat terhormat : sebagai asal usul peradaban bangsa-bangsa seluruh dunia ini ?

Coba kita renungkan penyebab Atlantis dulu dihancurkan : penduduk cerdas terhormat yang berubah menjadi ambisius serta berbagai kelakuan buruk lainnya (mungkin ‘korupsi’ salah satunya). Nah, salah-salah Indonesia sang “mantan Atlantis” ini bakal kena hukuman lagi nanti kalau tidak mau berubah seperti yang ditampakkan bangsa ini secara terang-terangan sekarang ini.

Demikian kutipan dari Catatan Bang Ferdy Dailami Firdaus tentang Teori Santos secara ringkas. Bagi yang berminat untuk membaca lebih jelas, dapat langsung ke website Profesor Arysio Nunes Dos Santos – Atlantis The Lost Continent Finally Found http://www.atlan.org/ (badruttamamgaffas.blogspot.com)
Read Post | komentar

apa se Coitus Interuptus itu??

Rabu, 07 Oktober 2009



Coitus Interuptus merupakan salah satu cara atau tehnik intim mencegah kehamilan. Cara ini ternyata banyak disuka. Yaitu dengan cara membuang sperma diluar.
Benarkah ampuh mencegah kehamilan? Ternyata tidak. Karena meski 'dibuang' diluar masih bisa terjadi kehamilan.

Sungguh sayang dibuang. Dan benarkah nikmat sebagai variasi? Ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Yang jelas faktor lelaki sangat berperan atas kesuksesan tehnik ini.
Hal apa yang paling penting bagi kedua pasangan sebelum melakukan orgasme diluar?
Sebelumnya saya ingin meluruskan dahulu bahwa orgasme dengan ejakulasi adalah dua hal yang berbeda. Bisa terjadi secara bersamaan atau sendiri-sendiri. Orgasme itu diartikan sebagai kenikmatan seks. Sedangkan ejakulasi adalah keluarnya cairan mani dari penis laki-laki, hal ini bisa berbarengan terjadi. Jadi bisa saja seseorang itu ejakulasi tanpa orgasme begitu pula sebaliknya.

Kembali ke soal senggama terputus, sebagai salah satu variasi dan dibuang tidak pada tempatnya, misalnya diletakkan di perut wanitanya atau tepatnya diatas pusar, harus ada persiapan, misalnya, dengan menyiapkan handuk maupun tisu untuk mengelap cairan yang keluar.

Tergantung pasangannya juga, jika menginginkan handuk yang hangat tinggal dikasih air hangat ataupun handuk yang kering saja. Atau handuk yang wangi dengan memercikan aroma wewangian. Lelakinya yang membersihkan, dengan halus dan mesra, supaya terjalin ikatan kasih sayang yang dalam.

Sebenarnya motivasi apa yang membuat orang melakukan senggama terputus ini?
Jelas yang pertama mencegah kehamilan, kemudian adanya variasi. Kadang pasangan yang tidak ingin hamil lebih memilih cara ini daripada menggunakan kondom. Karena menurut mereka menggunakan kondom kurang nyaman. Perlu diketahui dengan menggunakan kondom merek terkenal 90 % safety.

Apakah ejakulasi di luar itu aman untuk menunda kehamilan? Berapa persen kemungkinan untuk tidak hamil?
Tidak menjamin dan tidak bisa dikatakan 50 % tidak hamil, apalagi lebih. Meskipun dikeluarkan di luar tetap saja bisa hamil, dan hal ini banyak yang belum tahu. Mengapa? Karena ada beberapa faktor juga, antara lain laki-lakinya terlambat mengangkat penisnya keluar, kemudian wanitanya sedang dalam masa subur. Jadi risiko hamil itu besar.
Karena walaupun dikeluarkan sepenuhnya di luar tapi pada saat laki-laki terangsang dan penis ereksi sudah keluar cairan yang mengandung sperma yang jumlahnya tidak sebanyak air sperma, warnanya bening. Itu bisa membuahi.

Jadi tak benar jika ada yang mengatakan ketika penis sedikit terlambat diangkat namun sudah setengah keluar tidak akan hamil?
Tidak benar. Kemungkinan hamil masih bisa terjadi.
Ejakulasi diluar apakah dapat mengurangi kenikmatan bagi wanitanya?
Nikmat dirasakan pada saat penetrasinya. Dan sebaiknya ejakulasinya lebih baik dilakukan setelah wanitanya orgasme. Yang tidak enak justru setelahnya atau afterplay-nya, karena ada rasa lengket dan bau sperma. Tapi tergantung kesepakatan keduanya jika memang saling menginginkan.

Apakah laki-laki tersiksa saat melakukan hal ini, atau justru terasa nyaman dan aman?
Tersiksa saya rasa kurang tepat, kurang nyaman mungkin. Mereka tetap puas dan terangsang, hanya ada rasa tidak nyaman. Karena dia mesti mengeluarkan spermanya di luar, hal itulah yang tidak mudah dilakukan. Ada rasa yang hilang, misalnya tidak adanya penekanan dari dalam vagina. Begitu pula dengan wanita, mereka juga kurang merasa nyaman sebab sperma dibuang di bagian tubuh lain misalnya di perut dan harus membersihkannya.

Agar nyaman bagaimana caranya? Paling tidak bisa meminimalkan rasa tidak enak agar sedikit enak, seperti apa?
Dari pihak laki-lakinya harus menerima hal itu, apakah untuk variasi atau sebagai cara agar tidak hamil. Mungkin dengan cara memanjangkan waktu penetrasinya. Jadi butuh latihan juga sebelumnya. Itu tadi, seperti yang sudah saya katakan, saat mengeluarkan sperma diluar, lelakinya membantu membersihkan, sehingga wanita merasa nyaman.

Secara psikologis, apakah hal ini bisa menimbulkan siksaan bathin?
Bisa jadi seperti itu, mungkin di dalam batinnya 'kok begini ya?'. Jadi secara psikologis keduanya harus siap mental. Menerima.

Perlukah latihan untuk melakukan hal ini?
Menurut saya perlu jika dilakukan sebagai variasi, disamping itu juga supaya tidak kaget. Latihan lebih baik dilakukan saat wanitanya tidak dalam masa subur.
Faktor apa yang membuat lelakinya pada awal-awal gagal ejakulasi di luar?
Karena belum biasa, ditambah faktor rasa nikmatnya sehingga sering terlambat untuk diangkat keluar. Apalagi jika belum-belum sudah terangsang maka cepat ejakulasi.

Apakah setelah itu tidak lagi?
Seorang laki-laki bisa mengatur hal itu. Semakin sering melakukannya dapat mengatur. Setelah itu mereka akan biasa karena latihan.
Mengapa bisa dikatakan sebuah variasi?
Karena ada hal-hal yang tidak biasa saat melakukan hubungan seks.
Benarkah jika dilakukan dengan pasangan selingkuh atau PSK dengan mengeluarkan sperma diluar dapat mencegah penyakit kelamin?
Tidak bisa. Sepanjang melakukan hubungan seks dimana penetrasi itu ada tetap berisiko menularkan penyakit kelamin.
Read Post | komentar (1)
 
© Copyright Stop! Global Warming 2011 - Some rights reserved | Powered by Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates and Theme4all